Kalau konsumen seneng trus pabrikan mau bilang apa ?

Ada kalanya keinginan konsumen tidak sejalan dengan cetak biru produk suatu pabrikan R2, dalam hal ini ada kalanya pabrikan tetap konsisten dengan map mereka sehingga akhirnya konsumen pun jadi nurut dan belajar menyesuaikan.

Gambar tmcblog.com

Gambar tmcblog.com

Namun pada strata tertentu, apalagi pabrikan datang tidak sebagai first mover maka selera yang sudah terbentuk perlu waktu yang panjang untuk mendefinisikan ulang agar konsumen dapat mengerti dan memahaminya.

Atau bahkan gagal sama sekali di pasaran. Kondisi yang ini sering dialami oleh pabrikan yang berusaha untuk melawan selera pada level tertentu kadang miris dalam penjualan.

Tetapi sebenarnya dalam beberapa hal Pabrikan dapat berhasil pada segmen tersebut ditempat yang berbeda. Ambil contoh case jumlah silinder pada CBR250 vs Jumlah silinder pada Ninja 250. Bagi konsumen Indonesia yang memang sebagian besar menganggap kubikasi ini tertinggi sebelum lompat ke dunia barang mewah, maka jumlah silinder yang ditawarkan oleh Ninja 250 plus suara merdu mesin inline membuat konsumen pada umumnya vote untuk sang ninja.

Tetapi pada belahan bumi lain yang menganggap 250cc hanya learned bike ya, nggak terlalu menjadi masalah mau dua silinder atau satu silinder tetapi siapa yang paling praktis adalah yang dipilih sehingga nggak ada dewa-dewaan dalam jumlah silinder.

Kasus konsumen punya keinginan alias senang dengan kondisi tertentu tidak bisa diubah dengan cepat oleh pabrikan akibatnya dalam kondisi ini jika pabrikan tidak membuat produk berdasarkan inputan konsumen, maka kemungkinan produk akan diterima oleh pasar menjadi sulit.
Mengarahkan pasar sah-sah saja, namun ada bagian yang tidak dapat diubah seketika. :mrgeen: :mrgreen:

4 comments on “Kalau konsumen seneng trus pabrikan mau bilang apa ?

Tinggalkan komentar